2018/09/27

Hello, Cruel World! (II)

Holaaa! 

Haha lanjutan postingannya lama ya, berbulan-bulan kemudian. Nggak apa-apa, prinsipku tetep... lebih baik terlambat dari pada tidak sama sekali :)

Jadi, soal akun IGku. Kenapa sih pake bikin dua akun? Awalnya... akun itu dibuat cuma buat aku kepoin akun-akun tempat makan dan kadang buat aku bikin story masakan-masakan aku. Buat cari promo, buat cari referensi tempat makan, buat cari menu-manu masakan. Gitu-gitu deh..

Tapi ternyataaaa... semakin kesini aku lebih nyaman buat nyampah disitu. Terus lebih... sepi. Ig @debyaarr udah terlalu rame. Nggak tau kenapa tapi makin sini aku makin ingin sharing ya cuma sama orang yg bener-bener aku kenal aja. Bahkan di akun @debyaarr aja aku udah hampir nggak pernah buka story orang-orang, kecuali temen terdeket aja. Oh, dan story artis atau selebgram yang punya bayik. Gemes soalnya, hiburan aja. Di akun itupun, hal-hal besar aja yang aku share di story. 

Cause sometimes.. when u know too much about another people’s live... it could be ‘toxic’. 

Inshaa Allah, nggak aku pake buat hal-hal jahat kok akun itu.. lagian pake nama dan foto beneran juga.

Eh tapi twitter juga loh. Aku delete hampir 500 followers aku. Karena... aku gatau mereka siapa dan aku yakin mereka juga nggak tau aku sebenernya. Ga ngerti karena apa tapi aku nggak nyaman aja kalo mereka juga baca hal-hal yg aku share di twitter. Paling seneng sekarang ya scroll twitter. Hiburan dapet, ilmu dapet, tau berita terkini juga.

Akupun deaktif akun facebook dan askfm. Selain udah jarang dipake.. yaa isinya pun.. ya gitu deh. Jejak digital itu menyeramkan gaes.... 
Aku juga akhirnya memilih untuk mengunci (re:private) akun-akun aku. Gara-gara urusan Gitasav dan Helmi waktu itu. Walaupun aku bukan siapa-siapa tapi aku takut bisa aja fotoku disalahgunakan sama orang lain. Serem gakseeeeh. 

But thanks to vpn, it save my life. Nyamanku tetep pada tumblr. I love tumblr to the moon and back. 
(Kemkominfo belum ada rencana buat buka blokirnya ni?)

Udah sih.. gitu aja. Hehe. Yaa siapa tau kalian lelah dengan medsos, bisa dicoba buat nggak terus-terusan scroll. It works. Semakin dewasa kita akan semakin tau, mana yang bisa di share mana yang engga. Mana yang perlu diliat mana yang engga. Be good here gaes. See you!

2018/07/03

Hello, Cruel World! (I)

Dulu sering baca nggak sih, tentang betapa ‘kejam’nya dunia? Tentang sulitnya untuk bertahan menghadapi segala kondisi dan bahaya-bahaya yang ada. Cuma kok, makin sini aku merasa yang makin jahat itu ya di dunia maya ini ya? Tempat dimana orang-orang bisa sembunyi dari sosok aslinya hanya demi menyebarkan gosip dan memaki orang lain. Aneh.

Kalian pasti tau lah ya, berita-berita soal Bowo yang seleb tiktok itu. Hmm… okay. Emang sedikit tidak berfaedah juga hanya untuk ketemu dan foto lalu kamu perlu membayar dengan biaya yang cukup besar. Bukan hanya untuk Bowo ini sih, sebelumnya juga aku pernah liat, poster meet and greet seleb-seleb tiktok itu yang sampe beratus-ratus ribu. Ratusan ribu hanya demi foto bareng dan duduk paling depan (yang mungkin sebenernya HTM itu juga untuk nutup biaya sewa tempat meet and greet lah, beberapa diadain di ballroom hotel).

Oke, balik lagi ke Bowo. Awalnya dia viral (selain di tiktok) karena katanya dia ngadain meet and greet terus yaaa begitu dia dateng, beberapa orang kecewa. Kecewa liat penampilan asli Bowo (yang katanya tidak semenarik di sosmed). Lalu… mulailah hujatan demi hujatan muncul dan mewarnai timeline Bowo. Coba kalian kepoin IG Bowo, baca setiap komennya. Bisa sejahat itu ya, jempol pemilik akun-akun yang mengaku sebagai manusia ini.



Netijen-netijen ini udah nggak mau berusaha mikir cerdas atau gimana ya? Itu anak kecil loh yang kalian hina. Lalu emang kenapa kalo warna kulit dia berbeda dengan kalian? Lalu kenapa kalo dia tampak belum bisa mengurus diri? He is amazing just the way he is. Sebelum kalian menjadi ganteng dan cantik kayak sekarang, aku yakin kalian pernah ada kok di fase itu, silakan buka album foto masing-masing. Nggak usah lah merembet ke hal lain, toh yang menurut kalian kurang tepat adalah meet and greet itu kan? Ya silakan kritisi bagian itu. Menghina orang lain tidak menunjukkan bahwa kalian lebih baik kok (ya selain diri kalian sendiri yang merasa lebih baik sih). Pelajaran tentang moral dan sopan santun di medsos ini kayaknya salah satu hal mendesak yang perlu diadakan ya.

Apalagi.. lapak-lapak para artis guys. Adaaaa aja komen-komen jahat yang nggak pantes tuh. Lapak lambe itu juga deh, combo itu. Setelah menebar gosip (hm, menurut keyakinan admin itu bukan gosip karena sudah menjadi fakta) lalu seakan mempersilakan netijen-netijen memberi komentar dan nyinyiran dan segalaaa macem hinaan pokoknya. Belum nantinya jadi tubir karena membela junjungannya masing-masing. Satu lagi, detikforum. Forum itu mungkin memang disediakan untuk sharing, tapi… ah. Sampe nggak bisa jelasin deh. Isinya segelap dan sejahat itu. Opini-opini netijen yang kurang cerdas akan mengubah harimu, guys.   

Seremnya lagi adalah… banyak yang sengaja bikin fake akun untuk melakukan hal-hal tidak terpuji tadi. Ya, itu. Bersembunyi dibalik identitas lain untuk memaki. Udah puas kalian, dengan cara kayak gitu? Udah bahagia? Selamat ya kalo udah. Suatu hari nanti kalian akan menyesali apa yang udah kalian lakukan di medsos ini. Think smart, please… sebelum kalian menyesal lebih dalam lagi.

“Lah, kamu juga kan punya dua akun IG Deb? Untuk bersembunyi dibalik identitas lain juga?”
Nggak guys, tenang aja. Di postingan selanjutnya yaks, udah kepanjangan initu hehe.

Byeee! Semoga kalian yang baca ini selalu menggunakan media sosial dengan baik ya. Aku percaya kalian cerdas dan bisa menjaga jempol kalian. Selamat Siang!  

2018/04/21

Selamat Hari Kartini!

Hai! Sooo long time no see ya haha
Apa kabar?

Jadi, beberapa minggu yang lalu aku menemukan suatu postingan di timeline line. Postingan itu soal pendapat seseorang mengenai, “Laki-laki S2 dulu, Gadis nikah dulu” begitu judul postingannya. 


Aku bikin tulisan ini bukan untuk menyalahkan isi dari postingan tersebut, tapi aku ingin menyampaikan beberapa pandangan aja soal itu. Aku juga mengapresiasi penulis mungkin dalam tujuannya membuat tulisan itu, salah satunya untuk mengingatkan bahwa ada ibadah yang juga perlu dilakukan oleh perempuan-perempuan. Mengingatkan untuk tidak melulu memikirkan karirnya.

Aku nyari temen diskusi soal ini.. dan beberapa diantaranya membenarkan, ada beberapa hal yang ditulis disitu memang pada kenyataannya sering terjadi. 
“Laki-laki akan lebih laku setelah itu. Kalau perempuan sudah S2 justru laki-laki berpikir lebih panjang untuk mendekatinya, gengsinya lebih tinggi.” 
Benar, tapi aku termasuk orang yang percaya bahwa perempuan-perempuan cerdas pasti tau bagaimana ia harus menempatkan dirinya. Perempuan yang berilmu itu bukan untuk merendahkan laki-laki. Pada akhirnya, ketika masuk rumah maka suami adalah pemimpinnya, apapun atribut sang istri. Aku juga percaya, masih banyak laki-laki yang malah terpacu untuk menjadi lebih baik lagi karenanya.

Oke, ada kalimat yang aku kurang setuju (dan sejujurnya nggak suka sih) dari postingan itu. 
“Jangan takut mencari jodoh sejak S1. Ah pengin S2 dulu. Eit, temen akhwat saya yang sudah S2 banyak yang belum nikah. Tapi yang nikah dari lulus S1 atau sebelum S1 juga sudah banyak yang S2 juga. Endingnya sama-sama S2. Bedanya Anda masih gigit jari nimang buku, dan yang lain sudah bersama anak bermain buku.

Entah kenapa.. tapi kok ya aku sakit hati bacanya. Bukan sekedar karena aku juga sekarang alhamdulillah lagi nerusin kuliah... tapi... salahkah ‘menimang buku’ itu sampe kami-kami ini perlu gigit jari karenanya? 
Seakan apa yang kami lakukan sekarang ini sesuatu yang menyedihkan.. kasian ya? 
Padahal hidup nggak melulu soal nikah. 
Padahal menuntut ilmu juga salah satu usaha untuk menjadi manusia yang lebih baik. Mau laki-laki, mau perempuan menurutku seharusnya punya waktu dan kesempatan yang sama untuk ‘menimang buku’. 

Kartini dulu berusaha untuk memajukan perempuan karena dalam pikirannya kedudukan perempuan masih tertinggal jauh atau memiliki status sosial yang cukup rendah kala itu. Di masa kini perempuan sudah memiliki kesempatan yang luas untuk menggapai impian-impiannya. Mencari ilmu bukanlah hal yang salah untuk dilakukan dan bukan hal yang bisa disalahkan pula, kapanpun itu.

"Tapi da kan we don't need to put away our crown but need man with bigger hands." Hanifa, 2018.

“Perempuan yang baik adalah untuk laki-laki yang baik. Dan laki-laki yang baik untuk perempuan yang baik pula.” (QS. An Nur: 26). 
Memilih melanjutkan pendidikan bisa jadi adalah salah satu cara untuk menjadi baik untuk mendapatkan yang juga baik. 

Selamat hari kartini untuk kartini pertamaku, Ibu. Kartiniku yang mengenalkan dan mengajari betapa pentingnya pendidikan. “Nggak rugi, Ilmu itu meskipun tinggi, nggak berat bawanya”, gitu katanya.
Selamat hari kartini untuk teman-teman perempuanku semua, semangat untuk selalu menjadi perempuan yang menginspirasi.
Selamat hari kartini untuk semua perempuan Indonesia. 

Selamat Hari Kartini!

2018/01/22

Aku LULUS!

Hola long time no see! 
Udah 2018 aja ya, nggak kerasa gitu nggaksiy? Hehe. Ya kerasa deng.

Oke, aku mau sedikit (banyak) cerita tentang 2017ku. Tentang tugas akhirku lebih tepatnya.

Aku mulai nyusun proposal penelitian itu sekitar akhir bulan November 2016. Termasuk cukup tertinggal kalau dibandingin sama beberapa temen deketku. Tapi, waktu itu aku mikir... nggak kok. Ketinggalan itu kalau semua temen kamu udah lulus dan kamu bahkan belum ngapa-ngapain *semangatin diri*.
Terus, pertengahan bulan Desember 2016 aku seminar usulan penelitian. H-1 seminar, aku nonton film Keramat. Harus cari hiburan dulu, kan? Hahaha. Alhamdulillah seminar usulan penelitian ini lancar. Tadinya, aku udah hampir mau bolos matkul industri pertanian (dengan sangat senang hati).. tapi matkulnya ternyata dibatalin hari itu (oke, gagal bolos). Perjalanan buat ke seminar ini juga nggak mudah... tapi alhamdulillah. Ketika stuck di satu bahasan, adaaaa aja orang baik yang dikirim Allah buat menyelesaikan itu. 

Aku (dan tim penelitianku) merencanakan setelah seminar ini bakal istirahat sebentar terus mulai penelitian di bulan Januari. Rencana sekedar rencana gaes. Ternyata, susah banget buat dapetin salah satu bahan penelitian. Aku sampe nangis-nangis karena nggak tau lagi bisa dapet bahan itu dari mana. Toko-toko pertanian online ataupun storenya aku telponin. Sampe ke sumatera dan Kalimantan aku cari. Waktu itu sedikit menyesal kenapa nggak langsung cari bahan setelah seminar. 

Soooo, aku baru mulai persiapan itu pertengahan Februari. Awal tahun 2017 itu buat aku bulan-bulan yang paling berat di tahun itu. Sampe terus bilang dalem hati kalau ‘ngerjain tugas rektan juga gapapa deh, gausah penelitian bolegaaa siii’. Masuk ke bulan Maret keadaan mulai membaik. Aku mulai semangat karena ada 60 makhluk yang bisa aku tengok tiap hari. Seneng banget liat mereka yang tadinya cuma sebiji kecil makin hari tingginya makin nambah. Sedih dan khawatir kalau mereka banyak kutunya atau dimakan belalang. Begitu terus sampe pertengahan Mei aku panen vegetatif. Percaya deh, sempet ada perasaan sedih dan kosong gitu liat polybagnya cuma berisi tanah.. nggak ada jagungnya. Lalu sebulan kemudian.. aku panen generatif. Terakhir, analisis lab.

Dibalik itu semua.. ada temen-temen aku yang.. parah nggak ngerti lagi baiknya kayak apaan. Mulai dari inkubasi bahan.. rela dari pagi sampe tengah hari sampe sore bantu aku di lahan. Lanjut ke pengamatan tiap minggunya. Baik banget mau bantu catet dan ukur tanaman. Baik banget juga mau bantu bawain selang kalo nyiram. Apalagi pas panen... makasihnya banyak banget. Belum beres sampe disitu, setelah panen juga mereka masih aja mau bantuin. Bantu cacah tamaman dan bantu ngurusin kerjaan aku di lab. Setelah itu? Iya, draft aku aja dibantuin buat jadi rapi. Kurang baik apa mereka semua?

Sebelumnya, aku belum pernah ngerasa sayang yang sebegitu besarnya buat temen-temen aku. Belum pernah sebelumnya aku ngerasa bersyukur banget bisa kenal orang-orang hebat kayak mereka semua. Tahun 2017 ini bener-bener mengenalkan aku pada apa yang disebut pertemanan. Saling support, saling bantu ngurus lahan, saling bantu analisis di lab. Kata ‘saling’ ini sangat penting ternyata gaes. Jadi, percayalah.. ketika kamu memberi maka kamu juga akan bisa mendapatkan. 

Setelah semua itu... tinggal keinginan aku buat beresin semuanya. Nyusun skripsi itu ternyata cukup... menyenangkan. Iya. Tanamkan dalam kepala dan hati kalau ini menyenangkan, walaupun melelahkan. Hampir setiap hari mojok di Upnormal, demi seminar kolokium (hasil penelitian). Sering juga duduk berjam-jam depan ruang pembimbing demi revisi. Alhamdulillah lagi, jadwal dosen masih kosong waktu itu karena perkuliahan belum mulai. Jadi, penentuan waktu seminar bisa mudah. 
Seminar kolokium ini adalah hal yang paling menakutkan buat aku. Karena, yaaa ini semacam pertanggung jawaban aja atas segala yang udah aku lakuin. H-1 seminar ini juga hmm.. aku nggak belajar. Waktu itu wisuda pertanian yang bulan Agustus, yaaaa h-1 aku seminar dan cukup menyita tenaga juga ternyata wisuda kali itu. Alhamdulillah (untuk yang kesekian kalinya) seminar ini lancar. Sangat lancar. Segala hal yang aku takutkan ternyata nggak kejadian *mungkin efek dari pake baju terbalik? Hahaha*. 

Seminggu kemudian dilanjut dengan sidang komprehensif, sidang akhir. H-1nya ada lagi aja hal-hal tak terduga. Iya, aku ‘datang bulan’. Buat para cewek yang baca ini, tau lah ya gimana rasanya. Semaleman perut sakit ditambah sebadan-badan pegel. Udah nggak kepikiran sidang besok bakal gimana. Ternyata... semua dosen pembimbing dan penguji aku ini super duper baik hati. Pertanyaan-pertanyaan nggak ada yang.. aneh. Kerasanya menyenangkan aja. Ada rasa nggak percaya waktu dimana aku dinyatakan lulus. Semacam semua beban tiba-tiba melayang aja gitu lewat kepala. 

Tiap orang juga jelas punya cerita dan jalannya masing-masing urusan skripsi ini. Jadi, ketika kamu ngerasa lagi kesulitan banget di penelitian kamu.. percayalah kalau banyak orang-orang yang juga menghadapi masalah yang sama sulitnya atau bahkan lebih sulit dari apa yang kamu hadapi. Orang yang gagal berkali-kali juga banyak, harus ngulang-ngulang penelitian juga banyak, revisi sampe mabok apalagi banyak banget. Hal terpenting ya tetep semangat. Cari juga sumber semangatmu gaes *ini penting*! Hehe.

Lulus cepat, lulus tepat waktu atau lulus di waktu yang tepat memang pilihan ternyata. Usaha kamu yang bakal nentuin itu, doa juga tentunya. Nggak ada yang lebih benar atau lebih salah. Buat yang lulus cepat ini pasti punya alasan, mungkin mereka pengen segera melepas keharusan orang tua buat bayar uang kuliah lagi.. atau pengen segera punya kerjaan. Bagi yang lulus di waktu yang tepat juga pasti punya alasan, kita nggak tau keadaan apa yang ada dibaliknya. Hanya saja... skripsi itu emang harus diniatkan untuk dikerjakan. Aku paham dan pernah rasain gimana sulitnya ngejar dosen pembimbing. Aku paham juga gimana takutnya ngadep dosen pembimbing ketika kita cukup lama ngilang. Nah, tapi itulah yang harus dilawan. Semakin kamu menghindar maka semakin lama kamu lari dari skripsi kamu, jelas semakin lama juga kamu lulus. Kalo lebih diliat kedepan, ya jalan kamu buntu kalo terus lari. Pada akhirnya, mau nggak mau kamu tetep harus ngerjain ini. Skripsi juga emang harus dikerjakan dengan sebaik-baiknya agar penelitian yang udah kamu lakuin nggak sia-sia, tapi nggak usah terlalu idealis sampe kamu nggak maju-maju. Jadi, segera cari alasanmu buat segera selesaikan skripsi.

Kalau aku? Alasan aku hanya, aku mau lulus tepat waktu. Aku memilih untuk lulus tepat waktu, itu juga doa yang selalu aku ulang-ulang di setiap harinya. Maret 2016 aku umrah, doa ‘yaAllah, aku mau lulus tepat waktu. Agustus 2017 aku harus udah lulus’ adalah salah satu doa utama aku disana. Sejak awal skripsian ini aku memilih untuk berada di kampus dan bersama temen-temen aku lebih lama, sampe waktu aku abis, 4 tahun. Doa itu terkabul gaes. Aku lulus tepat 4 tahun, di bulan Agustus tahun 2017. Alhamdulillah. 

Laluuuu, wisuda! Iya! Ternyata wisuda adalah momen yang sangat membahagiakan. Kalau bisa diulang, aku akan dengan senang hati mengulangnya. Nggak ngerti kenapa tapi yang jelas, ya membahagiakan. Kalian... akan merasa bangga atas pencapaian diri sendiri disitu. Bagi yang sudah, silakan mengingat lagi momen wisudanya. Bagi yang belum, selamat menikmati!

Di akhir tulisan ini aku mau berterimakasih sama semua temen-temenku. Dela, Vivi, Deswita, Agi, Amel, Haru, Bintan, Yudha, Mega, Syifa, Giti, Nesya, Recky, Gilang, Guntur, Ahmil, Onya, Lina juga Afifah dan Gita serta temen-temen lain yang kalo aku sebutin juga, nggak akan beres seharian. Terimakasih sudah selalu menemani, membantu, menghibur dan menyuntikkan semangat buat aku selama 2017 kemarin. Aku nggak tau penelitian dan skripsi aku apa jadinya kalau tanpa kalian. Nggak tau aku bisa ngadepin semua apa engga kalau nggak ada kalian. I love you gaes!


Selamat menjalankan hari-hari di tahun 2018! Semangat!