2013/02/21

Mimpi

" masih bangun?" pemberitahuan Whatsapp masuk di hape Alisa mengagetkannya.
" masiiiih" jawab Alisa
" kenapa belom tidur?"
" belom pengen. Kamu juga belom tidur."
" males tidur."
" kobisa sih males tidur :)))"
" ini aku bisa. aku belom siap ngadepin mimpi."
" aku juga deh. Gasiap ngadepin mimpi.mau yang real aja"
" ih ngikutin :("
" gasiap soalnya kalo mimpi nya bagus terus takut nyesek pas bangun realnya ngga sebagus mimpi :("
" makanya berdoa dulu sebelom tidur" 

Percakapan singkat malam itu, membuat Alisa tak henti berpikir. 
"Kalo setiap malam aku selalu menyebut nama kamu, bagaimana bisa kau tak hadir dalam mimpiku? Itu yang membuat aku takut untuk tidur dan bermimpi."

" semalem tidur ? Akhirnya berani bermimpi." 
" aku kan butuh tidur.." Alisa menjawab
" ya berarti butuh mimpi"
" gitu ya. Bukan karena kepaksa?"
" aku yakin. Kamu sekarang lagi mikirin harapan kamu, soal apa yang pengen kamu mimpiin."
" bahagia." Alisa memejamkan matanya.
" nah kan bener ! " 
" tapi, aku takut. Kalo apa yang aku mimpiin ngga sesuai sama yang aku harapkan"
" kalo ngga sesuai, cari mimpi kamu yang lain. Masih banyak hal yang bisa kamu mimpiin."

Alisa terdiam. Mengutuki hatinya yang masih berharap akan mimpi yang sama. 



Petak Umpet

Hujan masih deras, dan Resy masih menangis. Dipeluknya boneka kesayangannya itu. Tiba-tiba anak laki- laki  itu mendekat.
" Resy. Ayo pulang."
Resy hanya menggelengkan kepalanya.
" nanti sakit loh. Nih aku bawa payung."
Resy tetap diam ditempatnya.
"yaudah. Kalo Resy gamau pulang, aku juga disini nemenin Resy."
Keduanya terdiam di taman kompleks itu. Diwarnai hujan dan isak tangis Resy.
" Resy duduk yu. Cape loh berdiri terus."
Anak laki-laki itu menuntun Resy menuju bangku terdekat.
" kamu kenapa?" anak laki-laki itu, tak mudah putus asa.
" aku gamau pulang. Nanti kalo ketauan main hujan-hujanan dimarahin mama"
" terus kenapa malah hujan-hujanan?"
" aku lagi maen petak umpet." Resy menundukan kepalanya.
" jadi mau nunggu sampe kapan?"
" sampe bajunya kering. Kalo ada matahari kan baju nya pasti kering."
" kamu bego ya ? Sekarang kan hujan, mana ada matahari." anak laki-laki itu tertawa mendengar ucapan Resy.
Wajah Resy kini memerah " kamu nakal. Kata mama gaboleh bilang bego!"
" kamu lebih nakal. Kata mama aku kalo baju basah terus dipake bisa bikin demam. Nanti kamu demam loh"
" yaudah aku pulang. Tapi janji ya, kamu bilang sama mama. Aku keujanan itu gara-gara kamu !" 
Anak laki-laki itu akhirnya mengantar Resy pulang kerumahnya. Tapi Resy beruntung, saat itu mamanya belum pulang dari kantornya. Anak laki-laki itu langsung berbalik sebelum Resy sempat menutup pintu.
" heh ! Nama kamu siapa ? Ko aku baru liat ?" Resy berteriak, tapi anak laki-laki itu sudah tak mendengar. Suara Resy dikalahkan oleh gemuruh hujan.
Setelah hari itu, Resy selalu mencari anak laki-laki itu. Tapi anak laki-laki itu tak kunjung datang. Resy selalu berharap anak laki-laki itu akan datang lagi. Memori Resy merekam segala gerak - gerik anak laki-laki itu, berkhayal suatu saat anak laki-laki itu datang lagi dan Resy bisa mengajaknya main petak umpet, dan minta diantar pulang olehnya. Disetiap hujan Resy selalu menunggu anak laki-laki itu, tapi nihil.
5 tahun..10 tahun berlalu..
Mungkin anak laki-laki itu hanyalah fantasi di pikiran Resy. Tokoh fiksi karangan Resy. Resy tak lagi mencari dan menunggu anak laki-laki itu. Iya, mungkin memang waktu yang dapat menghapuskan ingatan akan seseorang.

" 20...19...18...17...16..." Resy menghitung mundur. Ia lagi -lagi mendapat giliran jaga.

Langit semakin gelap. Rintik-rintik hujan mulai turun. Resy yang asyik menghitung tak menyadari hal ini. 

" 5...4...3...2...1 ! Hayo ! Kaka bakal nemuin kalian semua !" Resy berteriak. 
Namun langit semakin memberontak. Hujan deras disertai angin membuat Resy bingung mencari tempat berlindung. Akhirnya ia berlari ke arah pos satpam yang kosong. 

" Resy. Ayo pulang."
Resy terkejut. Namun dengan segera itu menutupi keterkejutannya itu.
" siapa ya ? Ko tau aku ?"
" aku denger aja, ada yang manggil Resy ke kamu."
" gitu doang?"
" gitu doang."
" kalo ternyata bukan manggil aku ?"
" toh kamu nyaut dipanggil Resy" Ia menjawab dengan santai. " ayo pulang, rambut kamu udah basah tuh.. Ntar sakit loh"
" Ngga. Ini kan hujan. Gimana mau pulang."
" kenapa hujan - hujan ada disini?"
" lagi maen petak umpet." jawab Resy
" seumur kamu ? Masih maen petak umpet ?" Ia menatap tak percaya.
" ya, sama anak - anak kecil sih"
" oh.."
" loh ? Tadi kamu bilang kan.. Kamu.."
" apa ? " laki-laki itu terseyum. Manis.
" kamu siapa ? Orang sini ? Ko belom pernah liat ya ? Mau jahatin aku ya?" tanya Resy bertubi - tubi.
Resy mulai menjauhi laki - laki itu.
" Aku Martin. Bukan copet, bukan maling, bukan pembunuh bayaran. Iya, dulu pernah sekali kesini, kerumah sodara. Ayo pulang. Aku mau nepatin janji aku sama kamu, aku mau bilang sama mama kamu, aku yang bikin kamu hujan-hujanan karena nungguin aku. Sekarang aku udah dateng lagi, bakal selalu lindungin anaknya dari hujan. Dan gabakal bikin anaknya nunggu dan cape berharap.
" ... "

Kedua tangan itu bergandengan, dibawah hujan. Dalam kehangatan yang baru.

2013/02/10

cinta tak berujung ( part 6 ) (end)


“ stay with me ?”
“ yes “
“ forever ?”
“ forever.”

Hari – hari terus berlanjut. Azel kini sedang memerhatikan Kai dari dalam perpustakaan. Kai asyik bermain bola diluar sana tak menyadari ada  yang memperhatikannya. Tangan kiri Azel menggenggam erat benda itu. Tangan kanannya lancar menuliskan sebuah surat.

Selamat sore Kairaz..
Hari ini aku mau menyampaikan rasa terimakasih aku sama kamu. Terimakasih banyak buat semuanya. Terimakasih kamu udah ngasih aku kesempatan buat aku lebih lebih lebih dan lebih baik lagi. Terimakasih banyak !
Aku disini ngga bakal mencoba melupakanmu, menghapusmu, menghilangkanmu baik dari hidupku atau pikiranku. Kamu tetap jadi semangat buat aku. Kamu tetep jadi salah satu motivasi aku biar aku jadi lebih baik.
Aku pernah bermimpi menghabiskan segalanya denganmu. Hidupku, bahagiaku, sedihku. Denganmu. Aku tak akan berbohong. Aku pernah bermimpi aku memejamkan mataku di pelukan hangatmu. Aku pernah bermimpi aku membuka mataku di pagi hari, melihatmu masih terlelap, disampingku. Aku pernah bermimpi setiap pagi aku membuatkanmu susu, dan menyimpannya di meja samping tempat tidur. Aku pernah bermimpi aku menyiapkan segalanya untukmu.  Menghabiskan seluruh waktuku bersamamu. Aku bermimpi cukup jauh ternyata.
Banyak tempat yang pernah kita kunjungi. Dan setiap aku kembali ke tempat itu aku mengenangmu. Banyak pula tempat yang masih menjadi rencana ku denganmu. Aku ingin mengunjungi tempat yang belum pernah kita kunjungi itu denganmu, tapi entah kapan, entah bisa atau tidak.
Aku ngga bakal bisa lupa sama kamu. Kamu udah masuk terlalu jauh ke hidup aku, Kai. Dan setiap orang yang pernah masuk hidup aku, punya tempat masing – masing di hati aku. Dan ngga akan pernah bisa keluar. Salah besar orang yang menyuruhku melupakanmu. Mungkin mereka belum pernah jatuh cinta. Mana bisa aku melupakan kamu ? Aku juga akan terus mencintaimu Kai. Karena cinta tak berujung. Karena tak ada yang bisa menghalangi dan memberhentikan cinta. Pejaman mataku pun tak bisa menghalangi rasa cinta aku sama kamu.
Aku tak akan melupakan apapun. Aku tak akan melupakan mimpi – mimpiku juga. Biarlah aku terus bermimpi. Kita akan berhasil dijalan masing – masing Kai. Mungkin berhubungan satu sama lain, mungkin sama sekali tidak ada hubungannya. Aku akan biarkan semua begini. Selama ini tidak merugikan siapapun. Aku merelakan semua. Aku tak akan melawan takdir. Kau berhak menggapai dan mendapatkan yang kau mau. Aku juga akan berusaha menggapai semua mimpiku. Tapi jika suatu saat kita bertemu, aku akan begitu bahagia. Semoga kita bertemu di kesuksesan kita nanti, dan kita bisa saling berbagi lagi, seperti kemarin. Amin.

                                                                             Love, Azelia

Azel siap untuk masa depannya yang akan menjadi indah. Fokuskan pikiran dan hati untuk kepentingannya sendiri. Untuk kebahagiaannya. Tak terasa, air mata Azel menetes membasahi pipinya. Bayangan Kai masih ada di matanya. Doa untuk Kai takkan lepas dari mulutnya. Tawa bahagia Kai masih jelas terngiang di telinganya. Sentuhan lembut Kai terasa olehnya. Menanti, berharap untuk kebahagiaannya di masa mendatang, bersama Kai. Pikiran dan hatinya melayang menyambut impian.

The world seems so cold
When I face so much all alone
A little scared to move on
And knowing how fast I have grown
And I wonder just where I fit in
Oh the vision alive in my head
Oh yes
I will be
Strong on my own
I will see through the rain
I will find my way
I will keep on traveling down the road
‘til I finally reach my dream
‘til I’m living and I’m breathing my destiny yeah
Yeah ~

cinta tak berujung ( part 5 )


Bukan hanya dirimu
Tapi semua bagian darimu
Tatapan hangatmu
Ucapan kasih dari bibirmu
Lenganmu yang mampu melindungi
Dan hatimu yang tulus mencintai

“ Ayo dong lari. Katanya jogging, masa jalan doang?” ajak Kai
“ iya iya bentar lagi.”
“ Ayooooo.” Kai menarik tangan Azel. Azel terpaksa berlari mengejar Kai.
“ Kaiii, tunggu !”
“ Kamu kok lari nya gitu sih ?”
“ terus harus gimana ?” Azel cemberut.
“ hahaha cepet cape deh kalo kaya gitu. Gini nih.” Kai mencontohkan lari nya.
“ pelan – pelan aja Az.” Kai mengacak – acak rambut Azel.
“ Kai, disini banyak orang deh..”
“ ngga suka ya ? maaf deh aku bawa ke tempat gini.”
“ bukan gitu, aku..kurang suka aja kalo deketan gini sama banyak orang, ngga kenal lagi.”
Kai tiba – tiba menarik lengan Azel, membuat gadis itu berada di samping kiri Kai. Terlindungi dari orang – orang lainnya. Azel menatap penuh kasih.

Azel tersadar dari lamunannya. Berada di taman kota mengingatkannya akan Kai. Saat ini Azel menemani Elia melakukan penelitiannya di taman kota itu.
“ aku bahagia sekaligus sakit hati disini.”
 “ manusia kayak apa yang bisa ngerasa kayak gitu?” Elia bertanya, tangannya masih sibuk mengarahkan kamera nya pada seorang pengamen.
“ kayak aku. Aku bahagia disini, aku inget aku dulu sama dia disini. Tapi sedih juga, aku tau aku ngga bisa gitu lagi.”
“ tinggalin dia Az, jangan balik lagi ke dia.”
“…”
“ belajar dari yang sebelumnya dong Az.”
“ aku bahagia. Karena dia. Aku ngga ngerti kenapa dia bisa berpikir dia bukan bagian dari bahagia aku. Karena apapun dan gimanapun Kai, dia pernah, sedang dan akan selalu bikin aku bahagia. Ngga harus dengan semua sikapnya, aku bahagia sekarang ingat kenangan aku sama dia.”
“ aku ngga tega ngasihin kamu lagi ke Kai.” Kini Elia menatap Azel.
“ ngga akan kayanya El. Maksud aku, ya kita udah. Udah sampe hari itu aja.”
“ kalau dia balik lagi ?”
“ ngga ada yang ngga mungkin, tapi kecil kemungkinannya.”
“ terserah deh.”
“ dulu Kai pernah bilang kalo ngeliatin aku dari jauh aja udah cukup. Nah aku juga gitu, ini bener. Asal aku liat dia fine, udah cukup buat aku.”
*
Hari Sabtu kemarin Azel berlatih ice skating dance hingga larut. Demi ujian nya dua minggu kedepan. Penyakitnya kambuh lagi. Azel kini hanya bisa berbaring di tempat tidurnya.
“ Ma, besok aku harus sekolah. Ada ulangan.”
“ kamu kenapa bisa lupa bawa obat sih ? tau mau cape – cape an gitu.”
“ ya namanya lupa mau gimana lagi.”
“ yaudah. Tapi besok ngga usah les lagi. Langsung pulang.”
“ siap Ma.”

Ditinggal sendiri oleh mama nya, pikiran Azel kembali terdampar di masa lalu.

“ masih sakit sayang ?”
“ engga ko.”
“ engga gimana? Keliatan sakit gitu. Udah, abis ini langsung pulang, istirahat. Nurut sama aku.”
Azel hanya tersenyum, memandang mata yang menatapnya dengan penuh rasa sayang, dan rasa khawatir itu. Azel tak pernah melihat tatapan yang begini sebelumnya. Azel juga tak pernah melihat Kai menatap orang lain dengan cara seperti itu. Azel bersyukur bisa merasakan ketenangan karenanya.
“ aku suka ngeliat lebih dalem ke mata kamu Az.”
“ aku juga..”
“ eh ! obatnya udah diminum ?”
“ udah sayang.”
“ get well soon dear.” Kai mengusap lembut pipi Azel.
 Azel memejamkan matanya.
“ cantik..”
“ kamu manggil siapa Kai ?” tanya Azel.
“ manggil kamu lah. Siapa lagi.”
“ abisnya kamu bohong. Aku lagi sakit gini mana cantik.”
“ kamu cantik Az. Cantik di dalem dunia aku. Jangan protes lagi.”
Azel tersenyum, pipinya mengeluarkan semburat merah.
“ dan aku suka banget, kalo pipi kamu udah merah gini.”

Kini Azel berpikir, apa lagi yang ia harapkan dari Kai ? semuanya sudah ada. Saat ia sakit tak henti ia menerima pesan dari Kai yang mengingatkannya untuk meminum obatnya, tak henti juga Kai mendoakan Azel agar cepat sehat seperti sebelumnya. Dan sekarang, ia merasa benar – benar sendiri.

Senyumanmu masih jelas terkenang
Hadir selalu seakan tak mau hilang dariku
Takkan mudah ku bisa melupakan
Segalanya yang telah terjadi
Diantara kau dan aku
Diantara kita berdua
Kini tak ada terdengar kabar dari dirimu
Kini kau telah menghilang jauh dari diriku
Semua tinggal cerita antara kau dan aku ~

2013/02/09

cinta tak berujung ( part 4 )


Ia berusaha
Kau menggagalkan
Ia melindungi
Kau melanggar
Ia menutupi
Kau membuka
Jadi hal apa yang kau inginkan ?

“ Azel ?”
“ Iya, kenapa ?” Azel mengalihkan pandangan dari buku yang dibacanya.
“ engga jadi” Shasha nyengir.
“ kenapa ?”
“ engga”
“ hahaha engga mungkin deh. Mau bilang apa ?” tanya Azel lagi.
“ aku takut ini pribadi.”
“ tanya aja dulu.”
“ Kai, sama.. Ceila ?” Shasha memelankan suaranya.
“ hah ? ngga mungkin deh. Hahaha ” Azel tertawa.
“ tapi kamu emang udah ngga ada apa – apa sama Kai ?”
“ ada lah. Temenan kan ?”
“ ohehe. Maaf aku nanya gitu.”
“ gapapa, tapi ngga mungkin deh yang kamu sangka itu.” Azel terseyum dan kembali pada bukunya.
*
Entah mengapa tampaknya kamar mandi perempuan adalah tempat yang pas untuk bergossip. Ada saja yang bisa didengarkan dari sekumpulan perempuan yang sedang berada di kamar mandi.

“ Ada apasih Kai sama Ceila ?”
“ kenapa, kenapa ?” terdengar suara penasaran
“ ngga tau juga sih ya. Tapi kaya yang lagi pdkt gitu.”
“ iya iya ! Kai nya kayak yang ngedeketin gitu.” Ada lagi suara yang lain.
“ Ceila nya juga sih.”
“ bisa aja dia ngga tau”
“ eh, Kai masih sama Azel kan ?”
“ kalo masih, parah dong tuh Kai.” Suara emosi dari seseorang
“ engga engga. Udahan deh kayanya.”
“ tapi kan ngga mungkin Ceila ngga tau, siapa yang gatau sih Kai itu pacarnya Azel ?”
“ udah udah.. yuk ke kelas.” Akhirnya ada yang mengakhiri percakapan itu.
Di balik pintu Azel mendengarkan, perasaannya tak menentu. Ia menggeleng – gelengkan kepalanya.
*
“ Azeeeeel !!!!”
“ Apa ?”
“ Kamu liat kemarin di perpustakaan ?”
“ liat apa ?”
“ ituuu, Kai. Sama Ceila.”
“ lagi ngerjain tugas mungkin, atau lagi apaaa gitu. Bisa aja kan ?”
“ loh ?”
“ kenapa sih ?”
“ kamu kan pacarnya. Harusnya cemburu.”
“ ngga harus lagi wuuuu.”
*
“ Az..”
“ apa ?” Azel berbalik, tampak lelah menjawab pertanyaan –pertanyaan itu.
“ aku denger ko temen – temen Ceila nawarin bantuan gitu ya ke Kai ?”
“ bantuan ?”
“ iya. Tapi apa ya, aku denger sih harus ada imbalan – imbalannya gitu.”
“ aku ngga tau.”
“ masa sih kamu ngga tau ? mereka kan ngomongnya di ruang seni, pasti ada kamu.”
“ aku jarang ke ruang seni sekarang – sekarang sibuk. hehe.”
“ oh…tapi tenang aja. Kayanya itu sih Cuma becandaan mereka gitu deh.”
“ hahaha.” Tawa Azel hanya keluar dari mulutnya.


Dear Kai..
I am not blind, and I am not deaf.
Aku tau apa yang terjadi.
Dan ngga tau sampe kapan aku harus berpura – pura tuli dan buta begini.
Aku bisa lihat apa yang kamu lakukan.
Aku bisa dengar apa yang kamu katakan.
Ngga tau sampe kapan aku pura – pura ngga tau apa yang terjadi.
Kamu dulu bilang, kamu siap jika ada yang harus disalahkan.
Apakah untuk ini ?
Tahukah kamu ?
Aku disini bersikap begini berusaha menutupi itu semua.
Aku tak mau orang lain berpikiran negative.
Aku tak mau orang lain menganggapmu buruk, apapun yang telah kau lakukan padaku.
Tapi sampai kapan aku bisa menutupi jika kamu tak menjaga perilaku ?
Sampai kapan aku bisa menutupi jika kamu melakukan itu semua.
Apa kau kira kau luput dari pandangan orang ?
Tidak.
Kisah seperti ini akan mereka anggap menarik.
Aku lelah jika harus terus begini.
Tapi memang tak ada yang memaksa.
Ini memang kehendakku.
Aku yang berusaha melindungi mu.

                                                                                      With Love, Az

Semakin ku ingkari
Semakin ku mengerti
Hidup ini tak lengkap tanpamu
Aku mengaku bisa
Tapi hati tak bisa
Sesungguhnya ku berpura – pura
Relakan kau pilih cinta yang kau mau
Sesungguhnya ku tak pernah rela
Karena ku yang bisa membuat hatimu utuh ~


Ia adalah sosok yang begitu kuat. Aku hampir tak pernah dengar ia mengeluh.

“ teh tau ngga ? kemaren aku jalan dari Mayasari ke Yogya HZ. Soalnya bingung di Mayasari mau ngapain. Terus pas nyampe di Yogya aku makan dulu disitu. Tapi akhirnya bosen lagi. Yaudah aku keluar, tapi hujan. Masuk lagi deh. Ditungguin ngga beres – beres ujan nya. yaudah aku jalan di pinggir toko – toko gitu. Nah niatnya mau ke AP, tapi gatau harus pake angkot apa. Yaudah nyebrang, lewatin pinggiran toko lagi, akhirnya nyampe ke AP. Kan hujan jadi pas aku nyampe AP, aku ke kamar mandi,ngaca. Kaya yang abis keramas. Aku diluar pas nyebrang coba tutupin kepala pake tas, aneh baju ngga basah, yaaa Cuma tetesan – tetesan gitu, tapi kepala basah banget. Yaudah aku jalan – jalan di AP. Di AP sih banyak yang bisa diliat. Sampe akhirnya mobilnya udah beres, aku pulang.”

Nah aku ? butuh ke suatu tempat yang deket aja cari orang buat di tebengin. Cari orang yang mau anter. Atau minta anter jemput ke ibu. Atau kalo engga, ngga pergi – pergi tapi terus aja ngeluh ‘ aduh panas ‘ ‘ aduh hujan ’ ‘ aduh jauh ah gamau ‘. Ngga pernah introspeksi sebelumnya. Emang sih, aku ngga masalah kalo harus pergi kesana – sini sendiri. Tapi aku bisa kaya gitu kalo emang aku bener – bener butuh, dan bener – bener pengen, kayak waktu itu aku cari kado. Atau kalau di sekolah mau jajan doang sih aku jarang minta anter, selama ngga ada orang rese di situ.

“ hape aku ngga nyala lagi hari ini.”
“ beli lagi. hehehe.”
“ sayang teh. Ini harusnya masih bisa dipake.”

Dan setelah itu aku terus melihatnya, setiap hari berusaha membetulkan hape nya sendiri. Terkadang hape itu bisa kembali memancarkan cahaya nya, tapi hanya sekejap. Ia tak putus asa, di ulang lagi, di cari lagi di mana kah letak kerusakannya itu.
Bagaimana dengan aku ? hape hang sedikit udah ngeluh. Udah pengen ganti. Udah marah – marah. Padahal hape nya ngga jelek – jelek amat, ngga rusak. Hanya kurang dijaga. Aku ngga pernah mikir luas. Egois.
Kalo ngga begini, aku ngga akan pernah introspeksi.

Hey, Iloveyou so much, Daddy <3 terimakasih untuk pelajaran berharga ini.

cinta tak berujung ( part 3 )


Luka dari dalam
Memberi tanda tanpa disadari
Tak dihiraukan
Ke khawatiran yang ada
Semakin membesar
Tak ada jawaban, tak ada petunjuk

Badan Azel masih meliuk – liuk indah di atas hamparan es itu. Baginya ini adalah salah satu cara untuk melepas semua beban yang ada. Dirinya bebas jika berada di tempat itu.
“ Azel. Istirahat. 15 menit oke ?” pelatihnya itu berteriak dari jauh.
“ ngga mauuu. Aku mau lanjut aja.” Azel balas berteriak.
Azel kembali menekuni hal yang sedang dikerjakannya. Ice skating dance ini adalah sarana dimana Azel bisa menemukan dirinya.
“ lagi sakit ?”
Azel terkejut, ia sukses terbanting ke es yang keras itu.
“ haaaaa engga. Iya sih ini jadi sakit sekarang.” Azel mengusap – usap punggungnya.
Pelatihnya itu kemudian membantu Azel berdiri.
“ keliatan sakit tau muka kamu. Udah deh gausah dipaksain.”
“ minggu depan ujian. Lagian aku ngga sakit Ka. Suer.”
“ muka kamu ngeliatin kamu lagi sakit.”
“ maksa. Aku engga sakit.”
“ jangan bohong. Aku tau ada sesuatu.”
Azel mengedipkan matanya dan menjauh. Berpikir apa iya ada yang beda dari dirinya ? Ia jelas merasa fisiknya sehat – sehat saja, tapi entah dengan hatinya.
*
“ apa kabar Az ?” sapa Papa.
Azel terdiam. Ia tinggal satu atap dengan papa nya, tapi papa nya perlu menanyakan hal itu. beberapa hari ini memang Azel selalu mengurung diri di kamarnya. Diam – diam ia merasa bersalah, seharusnya ia tidak terlalu lama bersembunyi. Toh lama kelamaan pasti ia harus menghadapi semuanya.
“ udah mau makan bareng lagi di sini ?” papa tersenyum hangat.
“ aku laper Pa. kalo dikamar ngga makan banyak.” jawab Azel
“ sip sip.”
*
Pagi itu mendung dan dingin. Azel merapatkan jaket ke tubuhnya, berharap guru nya tak masuk hari itu. harapannya tak terkabul.
“ Pagi anak – anak. Oh iya, saya mau mengingatkan lagi. Hati – hati kalau pakai kendaraan, terutama motor. Tapi yang pakai mobil juga harus berhati – hati. Tadi malam saya mau pulang dan tepat di depan saya ada motor tertabrak mobil, sebenarnya keduanya tidak ngebut, tapi karena motornya tersenggol, ya orang nya langsung meninggal di tempat. Saya ngeri ngebayanginnya.”

Azel langsung teringat pada seseorang. Kai.

“ Kamu kalo berangkat jangan siang – siang. Nantinya malah ngebut.”
“ siap Nyonya.”

Entah mengapa Azel selalu khawatir jika Kai masih belum sampai dirumahnya.

“ hati – hati. Jangan ngebut.”
“ aku mau ngebut ah.”
“ jangan Kai. Kenapa ngebut ?”
“ biar kamu khawatir.”
“ Kai, tiap kamu di jalan aku selalu khawatir. Ngga perlu ditambah – tambah kamu ngebut deh. Dan jangan lupa kasih kabar kalo kamu udah nyampe. Perasaan aku ngga tenang tau.”

Azel ingin sekali memberi tahu Kai, mengingatkan Kai agar tak ngebut dijalanan. Tapi entah bagaimana ia harus mengatakannya. Ia sudah tak punya kepentingan apapun dengan Kai. Bagaimana bisa Azel mengingatkan Kai untuk hal itu ? Azel tak tahu Kai sedang apa, memikirkan apa. Sakit atau tidak. Sedang punya masalah atau tidak. Yang Azel tahu, ia tak bisa membantunya seperti dulu. Azel hanya bisa memejamkan mata dan berdoa dalam hatinya, “ Lindungi Kai dimanapun ia berada.”

Dulu selalu ada waktu untuk kita
Kini ku sendiri
Dulu kata cinta tak habis tercipta
Kini tiada lagi
Sedang apa dan dimana
Dirimu yang dulu kucinta
Ku tak tahu tak lagi tahu seperti waktu dulu
Apakah mungkin bila kini ku ingin kembali
Menjalani janji hati kita ~

2013/02/08

cinta tak berujung ( part 2 )


Tiap sudut di kota ini menyimpan bayanganmu.
Di setiap tikungan aku melihatmu.
Di setiap lampu merah aku merasakanmu.
Di lingkaran itu aku lihat kau begitu berhati – hati.
Iya, kita ada di tiap sudut kota ini,
Bersama..

Azel sudah siap dengan pakaian seragamnya. Menatap cermin di depannya. Matanya membengkak.  Ia berusaha menghapus jejak air matanya. Tak berhasil. Azel kini menatap dunia, langit yang dihiasi awan dengan matahari yang menyapa. Menyadari tak akan ada lagi Kai yang akan menemaninya di bawah langit itu.

“ mau berangkat sekarang Az ?”
“ Iya Ma..”
“ Itu rotinya dibawa. Di makan.”
Azel heran. Biasanya ia harus sarapan di rumahnya. Azel merasa bahwa mama nya itu tahu apa yang terjadi.
“ Azel pamit Ma, Pa..”
“ Az, ini pegang uang ini. Jangan sampe pulsa mu kosong, kalau butuh apa – apa telpon papa. Kalau minta jemput telpon juga.” Papa memberi Azel beberapa lembar uang.
“ Makasih Pa. Aku berangkat. Assalamualaikum.”

Sepanjang perjalanan kesekolahnya Azel masih berusaha menahan air mata itu. Dipejamkan mata nya rapat – rapat. Berharap ia bisa menjalani hari dengan tenang, tanpa air mata.
Menunduk menyusuri lorong – lorong kelas yang masih kosong. Azel berusaha menyembunyikan mata dari siapapun. Kelasnya masih kosong. Azel memilih duduk diluar, menikmati sejuknya udara pagi. Melepas segala beban itu.
Dan ketika itu ia datang
“ mata kamu bener – bener bengkak. Jangan lupa makan.”
Azel hanya tersenyum lemah.
Memandang pintu kelasnya, Azel tiba – tiba teringat dulu Kai sering menunggunya dibalik pintu itu, menunggunya selesai dengan dunianya. Disitu juga Kai pernah setia menunggu Azel yang ngambek. Atau disitu juga Azel terkadang mencuri pandang pada Kai, yang sedang bersama teman – temannya.
Hari itu berhasil dilewati Azel dengan lancar, kecuali… mungkin saat ia dengan sembunyi – sembunyi menangis di sela – sela tatapannya pada angka dan rumus. Teman – temannya pun tampak tak ada yang menyadarinya. Entah tak tahu, atau memang tak mau peduli.
*
Sore itu tampak cerah, sangat berbeda dengan kemarin. Azel menunggu supirnya menjemput. Ada dia disitu,
“ nunggu dijemput ya ?” ia tersenyum
“ iya “ jawab Azel, juga dengan senyuman.
“ udah makan ?”
Azel tiba – tiba teringat roti yang di bawa nya dari rumah, masih utuh. Begitu juga dengan uang jajannya. Utuh tak berkurang.
Azel menggeleng.
“ kamu ya “ ia memberi tatapan kesal.
*
Duduk dengan nyaman di mobilnya, Azel baru menyadari perutnya yang belum diisi dua hari itu mulai meronta. Azel akhirnya membuka roti nya, dan setelah melahapnya, perutnya terasa semakin sakit.
Azel menatap keluar jendela, jalanan ini mengarah ke tempatnya les piano. Melihat sebuah jalanan kecil, mengingatkannya lagi akan Kai.
“ Az, kamu tau jalan ini ?”
“ engga Kai, kamu juga tahu kalau aku ngga pernah masuk jalan kecil gini.”
“ kalau kita nyasar gimana ?”
Azel terlihat mulai panik. Tapi kemudian ia tersenyum,
“ ngga masalah. Nyasarnya juga sama kamu ko.”
Kai tersenyum lembut di balik kaca helm nya itu.
“ Aku tau jalan ini ! “ Azel berseru. Tapi kemudian Kai membelokannya ke jalan yang lain.
“ ini kemana yaaa ?” tanya Kai lagi. Menggoda Azel.
“ aku..ngga tau. Mau kemana sih Kai ?”
Dan Azel tiba – tiba berada di tempat yang indah. Jalanan biasa sebenarnya, tapi di kanan kiri nya banyak pepohonan, melindunginya dari sengatan matahari. Dan sejauh mata memandang hanya hamparan luas sawah yang ada.
“ Az ? aku suka banget jalanan ini. So sweet ya kalo sama pacar. Rindang gini, ngga panas. “ Kai melirik Azel lewat kaca spionnya. Tersenyum, dengan tatapan penuh kasih.

Azel kembali pada dunia nya. Tersadarkan oleh mobil yang tiba – tiba berhenti. Azel melihat ada mobil lain di depan mobilnya itu, dua – dua nya terdiam pada tempatnya, menyilakan satu sama lain untuk maju terlebih dahulu.

“ nah gini kan kalo kita sama – sama baik. Jadi ngga ada yang mau maju, mau ngalah sih dua – duanya. Hahaha.” Ucapan Kai yang disertai tawa nya itu bergema di telinga Azel.

“ kenapa semua pasti tentang kamu ? semua, ngingetin aku sama kamu.” Azel berteriak dalam hatinya.

Ini bukan berarti segala hal mengingatkanmu akan dirinya. Sebenarnya segala sesuatu nya sudah sejak dulu begini, hanya dulu kau masih memilikinya, apapun yang ada disekitarmu tak memberimu alasan untuk bernostalgia. Tak memberimu alasan untuk mengenang apapun. Karena dulu, kamu menganggap semua itu milikmu dan miliknya, tapi kini semua itu hanya tampak menyakitimu.

Waktu terasa semakin berlalu
Tinggalkan cerita tentang kita
Akan tiada kini lagi tawamu
Tuk hapuskan semua sepi di hati
Ada cerita tentang aku dan dia
Dan kita bersama saat dulu kala
Ada cerita tentang masa yang indah
Saat kita berduka saat kita tertawa
Teringat disaat kita tertawa bersama
Ceritakan semua tentang kita ~

cinta tak berujung ( part 1 )


Gemuruh itu  semakin terdengar
Hujan deras mengunci semua
Mewakilkan air matanya
Menyembunyikan jeritannya
Saat semua usai
Hanyalah sepi yang menemani

“ kita udahan ya..”
Hujan masih saja turun. Deras. Menemani Azel dan Kai dengan setia.
Azel mengangguk dan terseyum. Kuat dan tegar.
“ Terimakasih buat semua nya. Semoga nanti kamu dapet cowo yang jauh lebih baik daripada aku “ ucap Kai.
“ Terimakasih juga. Kamu juga yaaaa. Hati – hati dijalan.” Balas Azel.

Kata – kata biasa yang pasti diucapkan oleh siapapun yang baru berpisah. Entah untuk apa. Bukankah menyakitkan mendoakan hal itu pada orang yang kau sayangi ?
Azel akhirnya sampai di kamarnya, menutup pintu dan langsung terjatuh. Lututnya terasa tak mampu menahan berat tubuhnya. Terisak di balik pintu yang bisa menyembunyikannya dari siapapun. Perlahan ia berusaha bangkit, mencari Pipo dan langsung memeluknya erat.
“ Pipo, help me..” Azel berbisik pada Pipo.
Malam itu Azel tak bisa memejamkan matanya. Air mata masih saja terus meluncur saling mengejar. Sesak.
“ Pipo, aku tadi cuma bisa diem. Aku ngga bisa gimana – gimana lagi. Aku ngga mau Pipo, bawa balik Kai kesini. Balikin ke aku...”

Jelas Azel ingin ada yang membawa Kai kembali untuknya. Siapa yang tak ingin ada yang kembali membawa orang yang begitu berarti, bagi hidupmu. Sejak kapan ada perpisahan yang tidak menyakitkan ? sejak kapan perpisahan itu menyenangkan. Apapun alasan perpisahan itu, pasti ada air mata yang hadir. Karena siapapun yang berpisah pasti akan menyadari kalau hidupnya akan berubah sejak saat itu. Karena pasti sesuatu yang biasa nya selalu ada, kini akan pergi. Dan akan terasa lebih menyakitkan jika kita tak tahu kemana pergi nya hal itu.
*
“ Kai, aku udah ngga boleh berharap apapun ya ? karena gabakal aku lagi kan yang bakal ada di hidup kamu ?” tanya Azel
“ Ngga tau. Cuma yang aku tau, mungkin kalau aku sama kamu lagi aku bakal ngulangin kesalahan aku lagi.” Jawab Kai.

Dear Kai J
Kau tahu ? aku masih ingin bersamamu, masih dan terus sama kamu.
Waktu itu aku hanya terdiam. entah harus berkata apa lagi.
Tapi jika memang kamu sudah tak mau, aku tak bisa memaksa.
Aku tak tahu apa yang menjadi alasan sebenarnya.
Perubahan itu terasa begitu cepat.
Apa yang benar – benar terjadi, hanya kau yang tahu.
Pagi ini aku berpikir, apa yang akan aku lakukan jika tak bersamamu ?
Ya, aku hanya belum bisa menerima ini.
Bagiku, kamu masih milikku. Akan kubiarkan yang menggantung, menempel dan tertutup rapat tetap ada di sini.
Biar kenanganmu tak pergi.
Biar aku bahagia,
Menyadari kita pernah bahagia bersama.

                                                                             Yours, Az
Jangan berakhir
Aku tak ingin berakhir
Satu jam saja
Ku ingin diam berdua
Mengenang yang pernah ada
Jangan berakhir
Karena esok tak kan lagi
Satu jam saja
Hingga ku rasa bahagia
Mengakhiri segalanya ~

Apa yang salah ?


Renata masih menatap layar ponselnya. Berharap Dewa menghubunginya. Namun percuma akhirnya ia melangkah keluar dari kelasnya. Dan saat itu ponselnya bergetar.
“ Ren, lagi ngapain kamu ?”
Pesan singkat dari Juan. Teman dekatnya. Renata terdiam menatapnya, dan langsung menghubungi nomor tersebut. Ia langsung mencurahkan segala yang ada di hatinya, segala yang ia rasakan.

“ Jadi apa salah aku sama Dewa sih ? aku sayang sama dia tapi dia ngga sayang sama aku.” Suara Renata terdengar di balik speaker ponsel Juan.
Juan terdiam. Tak menjawab.
“ Juaaaan kamu masih disitu kan ?” suara Renata terdengar makin kencang.
“ iya iya hehe. Udahlah ngga usah mikirin itu. Ada aku kan disini.”
“ kamu engga ngerti ya ?”
Juan terdiam lagi.
“ aku ngerti Ren. Tapi udahlah ngga ada guna nya kamu nangisin orang yang udah ninggalin kamu gitu. Hidup kamu toh ngga bergantung sama dia.”
“ Juan..”
“ Ren, lupain dia. Liat deh aku, aku juga bisa lupain Mia. Aku juga baru ditinggalin orang yang aku sayang.”
Terdengar helaan napas Renata dari kejauhan.
“ iya Juan, thanks yoo. Aku mau pulang dulu. Bye.”
“ Bye. Hati – hati cantik.”
Juan merasakan ada suatu hal yang kini ia rasakan. Entah apa itu, Juan berusaha melawan, tapi tak bisa.
*
Renata dan Juan semakin dekat. Jelas, mana bisa dua insan yang sedang patah hati, berusaha menghibur satu sama lain, tidak menjadi lebih dekat dari sebelumnya.
Renata berusaha menghibur Juan dengan kata – katanya. Sedangkan Juan, menghibur Renata dengan semua yang bisa ia lakukan. Memberi bunga atau coklat contohnya. Perasaan di hati mereka semakin tumbuh menjadi lebih indah. Tak ada yang bisa menghalangi.
Namun ternyata ada yang tidak suka dengan hal ini. Dewa. Renata mendengar percakapan Dewa dengan temannya.
“ aku ngga terima. Juan itu kan temen sekelas aku.”
“ jadi kenapa kalau Juan itu temen sekelas kamu ?”
“ ya dia pasti tau gimana hubungan aku sama Renata.”
“ aku juga tau hubungan kamu sama Renata. Udah putus. Bener kan ?”
“ ...”
“ Dewa. Jadi kalo temen itu ngga boleh pacaran sama mantan temennya ? lama – lama di dunia ini jomblo semua dong Waaa.”
“ bukan gitu juga. Dulu Juan pernah bilang kalo dia ngga suka sama Renata.”
“ perasaan orang, ngga aneh kalo berubah.” Aliya mengakhiri percakapan itu.
*
Hubungan Renata, Dewa dan Juan makin terasa tak enak. Entah pihak mana yang benar, entah pihak mana yang salah. Mungkin tak ada yang salah. Karena apa yang salah jika jatuh cinta ? apa yang salah jika kamu menyukai orang yang pernah berhubungan dengan temanmu ? apa yang salah jika perempuan dan laki – laki yang sering bersama akhirnya merasakan hal yang berbeda ? apa yang salah saat hatimu mengatakan aku mencintai dia? Hati yang salah. Bukankah perasaan tak bisa dipaksakan ? bukankah hati tak bisa disalahkan ? perasaan cinta itu manusiawi, dan semua mengharapkannya. Namun Renata dan Juan akhirnya memilih jalan yang berbeda. Mereka tak mau menyakiti siapapun. Cinta mana yang akan membawa bahagia jika ada yang begitu tersakiti di baliknya ? tapi ingat, jangan salahkan siapapun atas ini.
*