Tiap
sudut di kota ini menyimpan bayanganmu.
Di
setiap tikungan aku melihatmu.
Di
setiap lampu merah aku merasakanmu.
Di
lingkaran itu aku lihat kau begitu berhati – hati.
Iya,
kita ada di tiap sudut kota ini,
Bersama..
Azel sudah siap dengan pakaian
seragamnya. Menatap cermin di depannya. Matanya membengkak. Ia berusaha menghapus jejak air matanya. Tak
berhasil. Azel kini menatap dunia, langit yang dihiasi awan dengan matahari
yang menyapa. Menyadari tak akan ada lagi Kai yang akan menemaninya di bawah
langit itu.
“ mau berangkat sekarang Az ?”
“ Iya Ma..”
“ Itu rotinya dibawa. Di makan.”
Azel heran. Biasanya ia harus sarapan
di rumahnya. Azel merasa bahwa mama nya itu tahu apa yang terjadi.
“ Azel pamit Ma, Pa..”
“ Az, ini pegang uang ini. Jangan sampe
pulsa mu kosong, kalau butuh apa – apa telpon papa. Kalau minta jemput telpon
juga.” Papa memberi Azel beberapa lembar uang.
“ Makasih Pa. Aku berangkat.
Assalamualaikum.”
Sepanjang perjalanan kesekolahnya Azel
masih berusaha menahan air mata itu. Dipejamkan mata nya rapat – rapat.
Berharap ia bisa menjalani hari dengan tenang, tanpa air mata.
Menunduk menyusuri lorong – lorong
kelas yang masih kosong. Azel berusaha menyembunyikan mata dari siapapun.
Kelasnya masih kosong. Azel memilih duduk diluar, menikmati sejuknya udara
pagi. Melepas segala beban itu.
Dan ketika itu ia datang
“ mata kamu bener – bener bengkak.
Jangan lupa makan.”
Azel hanya tersenyum lemah.
Memandang pintu kelasnya, Azel tiba –
tiba teringat dulu Kai sering menunggunya dibalik pintu itu, menunggunya
selesai dengan dunianya. Disitu juga Kai pernah setia menunggu Azel yang
ngambek. Atau disitu juga Azel terkadang mencuri pandang pada Kai, yang sedang
bersama teman – temannya.
Hari itu berhasil dilewati Azel dengan
lancar, kecuali… mungkin saat ia dengan sembunyi – sembunyi menangis di sela –
sela tatapannya pada angka dan rumus. Teman – temannya pun tampak tak ada yang
menyadarinya. Entah tak tahu, atau memang tak mau peduli.
*
Sore itu tampak cerah, sangat berbeda
dengan kemarin. Azel menunggu supirnya menjemput. Ada dia disitu,
“ nunggu dijemput ya ?” ia tersenyum
“ iya “ jawab Azel, juga dengan
senyuman.
“ udah makan ?”
Azel tiba – tiba teringat roti yang di
bawa nya dari rumah, masih utuh. Begitu juga dengan uang jajannya. Utuh tak
berkurang.
Azel menggeleng.
“ kamu ya “ ia memberi tatapan kesal.
*
Duduk dengan nyaman di mobilnya, Azel
baru menyadari perutnya yang belum diisi dua hari itu mulai meronta. Azel
akhirnya membuka roti nya, dan setelah melahapnya, perutnya terasa semakin
sakit.
Azel menatap keluar jendela, jalanan
ini mengarah ke tempatnya les piano. Melihat sebuah jalanan kecil,
mengingatkannya lagi akan Kai.
“
Az, kamu tau jalan ini ?”
“
engga Kai, kamu juga tahu kalau aku ngga pernah masuk jalan kecil gini.”
“
kalau kita nyasar gimana ?”
Azel
terlihat mulai panik. Tapi kemudian ia tersenyum,
“
ngga masalah. Nyasarnya juga sama kamu ko.”
Kai
tersenyum lembut di balik kaca helm nya itu.
“
Aku tau jalan ini ! “ Azel berseru. Tapi kemudian Kai membelokannya ke jalan
yang lain.
“
ini kemana yaaa ?” tanya Kai lagi. Menggoda Azel.
“
aku..ngga tau. Mau kemana sih Kai ?”
Dan
Azel tiba – tiba berada di tempat yang indah. Jalanan biasa sebenarnya, tapi di
kanan kiri nya banyak pepohonan, melindunginya dari sengatan matahari. Dan
sejauh mata memandang hanya hamparan luas sawah yang ada.
“
Az ? aku suka banget jalanan ini. So sweet ya kalo sama pacar. Rindang gini,
ngga panas. “ Kai melirik Azel lewat kaca spionnya. Tersenyum, dengan tatapan
penuh kasih.
Azel kembali pada dunia nya. Tersadarkan
oleh mobil yang tiba – tiba berhenti. Azel melihat ada mobil lain di depan
mobilnya itu, dua – dua nya terdiam pada tempatnya, menyilakan satu sama lain
untuk maju terlebih dahulu.
“ nah gini kan kalo kita sama – sama
baik. Jadi ngga ada yang mau maju, mau ngalah sih dua – duanya. Hahaha.” Ucapan
Kai yang disertai tawa nya itu bergema di telinga Azel.
“ kenapa semua pasti tentang kamu ?
semua, ngingetin aku sama kamu.” Azel berteriak dalam hatinya.
Ini bukan berarti segala hal
mengingatkanmu akan dirinya. Sebenarnya segala sesuatu nya sudah sejak dulu
begini, hanya dulu kau masih memilikinya, apapun yang ada disekitarmu tak
memberimu alasan untuk bernostalgia. Tak memberimu alasan untuk mengenang
apapun. Karena dulu, kamu menganggap semua itu milikmu dan miliknya, tapi kini
semua itu hanya tampak menyakitimu.
Waktu terasa semakin berlalu
Tinggalkan cerita tentang kita
Akan tiada kini lagi tawamu
Tuk hapuskan semua sepi di hati
Ada
cerita tentang aku dan dia
Dan kita bersama saat dulu kala
Ada
cerita tentang masa yang indah
Saat
kita berduka saat kita tertawa
Teringat
disaat kita tertawa bersama
Ceritakan
semua tentang kita ~
No comments:
Post a Comment