2013/02/08

cinta tak berujung ( part 2 )


Tiap sudut di kota ini menyimpan bayanganmu.
Di setiap tikungan aku melihatmu.
Di setiap lampu merah aku merasakanmu.
Di lingkaran itu aku lihat kau begitu berhati – hati.
Iya, kita ada di tiap sudut kota ini,
Bersama..

Azel sudah siap dengan pakaian seragamnya. Menatap cermin di depannya. Matanya membengkak.  Ia berusaha menghapus jejak air matanya. Tak berhasil. Azel kini menatap dunia, langit yang dihiasi awan dengan matahari yang menyapa. Menyadari tak akan ada lagi Kai yang akan menemaninya di bawah langit itu.

“ mau berangkat sekarang Az ?”
“ Iya Ma..”
“ Itu rotinya dibawa. Di makan.”
Azel heran. Biasanya ia harus sarapan di rumahnya. Azel merasa bahwa mama nya itu tahu apa yang terjadi.
“ Azel pamit Ma, Pa..”
“ Az, ini pegang uang ini. Jangan sampe pulsa mu kosong, kalau butuh apa – apa telpon papa. Kalau minta jemput telpon juga.” Papa memberi Azel beberapa lembar uang.
“ Makasih Pa. Aku berangkat. Assalamualaikum.”

Sepanjang perjalanan kesekolahnya Azel masih berusaha menahan air mata itu. Dipejamkan mata nya rapat – rapat. Berharap ia bisa menjalani hari dengan tenang, tanpa air mata.
Menunduk menyusuri lorong – lorong kelas yang masih kosong. Azel berusaha menyembunyikan mata dari siapapun. Kelasnya masih kosong. Azel memilih duduk diluar, menikmati sejuknya udara pagi. Melepas segala beban itu.
Dan ketika itu ia datang
“ mata kamu bener – bener bengkak. Jangan lupa makan.”
Azel hanya tersenyum lemah.
Memandang pintu kelasnya, Azel tiba – tiba teringat dulu Kai sering menunggunya dibalik pintu itu, menunggunya selesai dengan dunianya. Disitu juga Kai pernah setia menunggu Azel yang ngambek. Atau disitu juga Azel terkadang mencuri pandang pada Kai, yang sedang bersama teman – temannya.
Hari itu berhasil dilewati Azel dengan lancar, kecuali… mungkin saat ia dengan sembunyi – sembunyi menangis di sela – sela tatapannya pada angka dan rumus. Teman – temannya pun tampak tak ada yang menyadarinya. Entah tak tahu, atau memang tak mau peduli.
*
Sore itu tampak cerah, sangat berbeda dengan kemarin. Azel menunggu supirnya menjemput. Ada dia disitu,
“ nunggu dijemput ya ?” ia tersenyum
“ iya “ jawab Azel, juga dengan senyuman.
“ udah makan ?”
Azel tiba – tiba teringat roti yang di bawa nya dari rumah, masih utuh. Begitu juga dengan uang jajannya. Utuh tak berkurang.
Azel menggeleng.
“ kamu ya “ ia memberi tatapan kesal.
*
Duduk dengan nyaman di mobilnya, Azel baru menyadari perutnya yang belum diisi dua hari itu mulai meronta. Azel akhirnya membuka roti nya, dan setelah melahapnya, perutnya terasa semakin sakit.
Azel menatap keluar jendela, jalanan ini mengarah ke tempatnya les piano. Melihat sebuah jalanan kecil, mengingatkannya lagi akan Kai.
“ Az, kamu tau jalan ini ?”
“ engga Kai, kamu juga tahu kalau aku ngga pernah masuk jalan kecil gini.”
“ kalau kita nyasar gimana ?”
Azel terlihat mulai panik. Tapi kemudian ia tersenyum,
“ ngga masalah. Nyasarnya juga sama kamu ko.”
Kai tersenyum lembut di balik kaca helm nya itu.
“ Aku tau jalan ini ! “ Azel berseru. Tapi kemudian Kai membelokannya ke jalan yang lain.
“ ini kemana yaaa ?” tanya Kai lagi. Menggoda Azel.
“ aku..ngga tau. Mau kemana sih Kai ?”
Dan Azel tiba – tiba berada di tempat yang indah. Jalanan biasa sebenarnya, tapi di kanan kiri nya banyak pepohonan, melindunginya dari sengatan matahari. Dan sejauh mata memandang hanya hamparan luas sawah yang ada.
“ Az ? aku suka banget jalanan ini. So sweet ya kalo sama pacar. Rindang gini, ngga panas. “ Kai melirik Azel lewat kaca spionnya. Tersenyum, dengan tatapan penuh kasih.

Azel kembali pada dunia nya. Tersadarkan oleh mobil yang tiba – tiba berhenti. Azel melihat ada mobil lain di depan mobilnya itu, dua – dua nya terdiam pada tempatnya, menyilakan satu sama lain untuk maju terlebih dahulu.

“ nah gini kan kalo kita sama – sama baik. Jadi ngga ada yang mau maju, mau ngalah sih dua – duanya. Hahaha.” Ucapan Kai yang disertai tawa nya itu bergema di telinga Azel.

“ kenapa semua pasti tentang kamu ? semua, ngingetin aku sama kamu.” Azel berteriak dalam hatinya.

Ini bukan berarti segala hal mengingatkanmu akan dirinya. Sebenarnya segala sesuatu nya sudah sejak dulu begini, hanya dulu kau masih memilikinya, apapun yang ada disekitarmu tak memberimu alasan untuk bernostalgia. Tak memberimu alasan untuk mengenang apapun. Karena dulu, kamu menganggap semua itu milikmu dan miliknya, tapi kini semua itu hanya tampak menyakitimu.

Waktu terasa semakin berlalu
Tinggalkan cerita tentang kita
Akan tiada kini lagi tawamu
Tuk hapuskan semua sepi di hati
Ada cerita tentang aku dan dia
Dan kita bersama saat dulu kala
Ada cerita tentang masa yang indah
Saat kita berduka saat kita tertawa
Teringat disaat kita tertawa bersama
Ceritakan semua tentang kita ~

No comments:

Post a Comment