Luka
dari dalam
Memberi
tanda tanpa disadari
Tak
dihiraukan
Ke
khawatiran yang ada
Semakin
membesar
Tak ada
jawaban, tak ada petunjuk
Badan Azel masih meliuk – liuk indah di
atas hamparan es itu. Baginya ini adalah salah satu cara untuk melepas semua
beban yang ada. Dirinya bebas jika berada di tempat itu.
“ Azel. Istirahat. 15 menit oke ?”
pelatihnya itu berteriak dari jauh.
“ ngga mauuu. Aku mau lanjut aja.” Azel
balas berteriak.
Azel kembali menekuni hal yang sedang
dikerjakannya. Ice skating dance ini adalah sarana dimana Azel bisa menemukan
dirinya.
“ lagi sakit ?”
Azel terkejut, ia sukses terbanting ke
es yang keras itu.
“ haaaaa engga. Iya sih ini jadi sakit
sekarang.” Azel mengusap – usap punggungnya.
Pelatihnya itu kemudian membantu Azel
berdiri.
“ keliatan sakit tau muka kamu. Udah
deh gausah dipaksain.”
“ minggu depan ujian. Lagian aku ngga
sakit Ka. Suer.”
“ muka kamu ngeliatin kamu lagi sakit.”
“ maksa. Aku engga sakit.”
“ jangan bohong. Aku tau ada sesuatu.”
Azel mengedipkan matanya dan menjauh.
Berpikir apa iya ada yang beda dari dirinya ? Ia jelas merasa fisiknya sehat –
sehat saja, tapi entah dengan hatinya.
*
“ apa kabar Az ?” sapa Papa.
Azel terdiam. Ia tinggal satu atap
dengan papa nya, tapi papa nya perlu menanyakan hal itu. beberapa hari ini
memang Azel selalu mengurung diri di kamarnya. Diam – diam ia merasa bersalah,
seharusnya ia tidak terlalu lama bersembunyi. Toh lama kelamaan pasti ia harus
menghadapi semuanya.
“ udah mau makan bareng lagi di sini ?”
papa tersenyum hangat.
“ aku laper Pa. kalo dikamar ngga makan
banyak.” jawab Azel
“ sip sip.”
*
Pagi itu mendung dan dingin. Azel
merapatkan jaket ke tubuhnya, berharap guru nya tak masuk hari itu. harapannya
tak terkabul.
“ Pagi anak – anak. Oh iya, saya mau
mengingatkan lagi. Hati – hati kalau pakai kendaraan, terutama motor. Tapi yang
pakai mobil juga harus berhati – hati. Tadi malam saya mau pulang dan tepat di depan
saya ada motor tertabrak mobil, sebenarnya keduanya tidak ngebut, tapi karena
motornya tersenggol, ya orang nya langsung meninggal di tempat. Saya ngeri
ngebayanginnya.”
Azel langsung teringat pada seseorang.
Kai.
“
Kamu kalo berangkat jangan siang – siang. Nantinya malah ngebut.”
“
siap Nyonya.”
Entah mengapa Azel selalu khawatir jika
Kai masih belum sampai dirumahnya.
“
hati – hati. Jangan ngebut.”
“
aku mau ngebut ah.”
“
jangan Kai. Kenapa ngebut ?”
“
biar kamu khawatir.”
“
Kai, tiap kamu di jalan aku selalu khawatir. Ngga perlu ditambah – tambah kamu
ngebut deh. Dan jangan lupa kasih kabar kalo kamu udah nyampe. Perasaan aku
ngga tenang tau.”
Azel ingin sekali memberi tahu Kai,
mengingatkan Kai agar tak ngebut dijalanan. Tapi entah bagaimana ia harus
mengatakannya. Ia sudah tak punya kepentingan apapun dengan Kai. Bagaimana bisa
Azel mengingatkan Kai untuk hal itu ? Azel tak tahu Kai sedang apa, memikirkan
apa. Sakit atau tidak. Sedang punya masalah atau tidak. Yang Azel tahu, ia tak
bisa membantunya seperti dulu. Azel hanya bisa memejamkan mata dan berdoa dalam
hatinya, “ Lindungi Kai dimanapun ia
berada.”
Dulu
selalu ada waktu untuk kita
Kini
ku sendiri
Dulu
kata cinta tak habis tercipta
Kini
tiada lagi
Sedang
apa dan dimana
Dirimu
yang dulu kucinta
Ku
tak tahu tak lagi tahu seperti waktu dulu
Apakah
mungkin bila kini ku ingin kembali
Menjalani
janji hati kita ~
No comments:
Post a Comment