2013/02/09

cinta tak berujung ( part 3 )


Luka dari dalam
Memberi tanda tanpa disadari
Tak dihiraukan
Ke khawatiran yang ada
Semakin membesar
Tak ada jawaban, tak ada petunjuk

Badan Azel masih meliuk – liuk indah di atas hamparan es itu. Baginya ini adalah salah satu cara untuk melepas semua beban yang ada. Dirinya bebas jika berada di tempat itu.
“ Azel. Istirahat. 15 menit oke ?” pelatihnya itu berteriak dari jauh.
“ ngga mauuu. Aku mau lanjut aja.” Azel balas berteriak.
Azel kembali menekuni hal yang sedang dikerjakannya. Ice skating dance ini adalah sarana dimana Azel bisa menemukan dirinya.
“ lagi sakit ?”
Azel terkejut, ia sukses terbanting ke es yang keras itu.
“ haaaaa engga. Iya sih ini jadi sakit sekarang.” Azel mengusap – usap punggungnya.
Pelatihnya itu kemudian membantu Azel berdiri.
“ keliatan sakit tau muka kamu. Udah deh gausah dipaksain.”
“ minggu depan ujian. Lagian aku ngga sakit Ka. Suer.”
“ muka kamu ngeliatin kamu lagi sakit.”
“ maksa. Aku engga sakit.”
“ jangan bohong. Aku tau ada sesuatu.”
Azel mengedipkan matanya dan menjauh. Berpikir apa iya ada yang beda dari dirinya ? Ia jelas merasa fisiknya sehat – sehat saja, tapi entah dengan hatinya.
*
“ apa kabar Az ?” sapa Papa.
Azel terdiam. Ia tinggal satu atap dengan papa nya, tapi papa nya perlu menanyakan hal itu. beberapa hari ini memang Azel selalu mengurung diri di kamarnya. Diam – diam ia merasa bersalah, seharusnya ia tidak terlalu lama bersembunyi. Toh lama kelamaan pasti ia harus menghadapi semuanya.
“ udah mau makan bareng lagi di sini ?” papa tersenyum hangat.
“ aku laper Pa. kalo dikamar ngga makan banyak.” jawab Azel
“ sip sip.”
*
Pagi itu mendung dan dingin. Azel merapatkan jaket ke tubuhnya, berharap guru nya tak masuk hari itu. harapannya tak terkabul.
“ Pagi anak – anak. Oh iya, saya mau mengingatkan lagi. Hati – hati kalau pakai kendaraan, terutama motor. Tapi yang pakai mobil juga harus berhati – hati. Tadi malam saya mau pulang dan tepat di depan saya ada motor tertabrak mobil, sebenarnya keduanya tidak ngebut, tapi karena motornya tersenggol, ya orang nya langsung meninggal di tempat. Saya ngeri ngebayanginnya.”

Azel langsung teringat pada seseorang. Kai.

“ Kamu kalo berangkat jangan siang – siang. Nantinya malah ngebut.”
“ siap Nyonya.”

Entah mengapa Azel selalu khawatir jika Kai masih belum sampai dirumahnya.

“ hati – hati. Jangan ngebut.”
“ aku mau ngebut ah.”
“ jangan Kai. Kenapa ngebut ?”
“ biar kamu khawatir.”
“ Kai, tiap kamu di jalan aku selalu khawatir. Ngga perlu ditambah – tambah kamu ngebut deh. Dan jangan lupa kasih kabar kalo kamu udah nyampe. Perasaan aku ngga tenang tau.”

Azel ingin sekali memberi tahu Kai, mengingatkan Kai agar tak ngebut dijalanan. Tapi entah bagaimana ia harus mengatakannya. Ia sudah tak punya kepentingan apapun dengan Kai. Bagaimana bisa Azel mengingatkan Kai untuk hal itu ? Azel tak tahu Kai sedang apa, memikirkan apa. Sakit atau tidak. Sedang punya masalah atau tidak. Yang Azel tahu, ia tak bisa membantunya seperti dulu. Azel hanya bisa memejamkan mata dan berdoa dalam hatinya, “ Lindungi Kai dimanapun ia berada.”

Dulu selalu ada waktu untuk kita
Kini ku sendiri
Dulu kata cinta tak habis tercipta
Kini tiada lagi
Sedang apa dan dimana
Dirimu yang dulu kucinta
Ku tak tahu tak lagi tahu seperti waktu dulu
Apakah mungkin bila kini ku ingin kembali
Menjalani janji hati kita ~

No comments:

Post a Comment